Minggu, 19 Juli 2020

MATERI 2

CUACA DAN IKLIM

 

Cuaca adalah keadaan udara pada suatu saat dan pada suatu tempat/daerah yang sempit. Misalnya: cuacanya cerah, banyaknya awan, tekanan angin yang tinggi, panas atau sejuk. Cuaca terdiri dari seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer bumi atau sebuah planet lainnya. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena ini dalam waktu beberapa hari. Cuaca rata-rata dengan jangka waktu yang lebih lama sebagai iklim. Aspek cuaca ini diteliti lebih lanjut oleh ahli klmatologi untuk tanda-tanda perubahan iklim.

Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu (Winarso, 2003).

Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim


Unsur-unsur iklim sama dengan unsur cuaca, yaitu penyinaran dan suhu, angin, awan, kelembapan udara, dan curah hujan.

Penyinaran dan Suhu

Sumber panas di bumi adalah matahari. Banyak sedikitnya sinar yang diterima oleh permukaan bumi ditentukan oleh faktor-faktor berikut.

Keadaan Awan Jika mendung atau berawan, sebagian panas matahari diserap oleh awan.

Keadaan Permukaan Bumi : Bidang permukaan bumi yang terdiri atas laut dan daratan sangat mempengaruhi penyerapan sinar matahari.

Sudut Datang Matahari : Apabila matahari dalam keadaan tegak, sudut datang matahari akan semakin kecil sehingga semakin banyak panas yang diterima bumi. Matahari dalam keadaan miring sudutnya semakin besar sehingga semakit sedikit sinar panas yang diterima di bumi.

Lama Penyinaran Matahari : Makin lama matahari bersinar, makin banyak panas yang diterima bumi. Alat pengukur suhu udara disebut termometer.

Daratan akan cepat menjadi panas dibandingkan dengan air atau laut. Pada siang hari suhu daratan cepat menjadi panas, tetapi pada malam hari daratan cepat menjadi dingin. Keadaan suhu sepanjang hari dapat diukur dengan termometer.

1.    Angin

Angin adalah gerakan udara yang disebabkan adanya perbedaan suhu, yang selanjutnya mengakibatkan perubahan tekanan. Tekanan udara naik jika suhunya rendah dan turun jika suhunya tinggi. Angin bertiup dari daerah tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah.

2.    Awan

Udara yang naik akan menjadi dingin sehingga kelembapannya bertambah. Pada ketinggian tertentu udara tersebut akan jenuh dengan air sehingga terbentuklah awan.

3.    Kelembapan Udara

Kelembapan udara, yaitu banyak sedikitnya uap air di udara. Kelembapan ini mempengaruhi pengendapan air di udara. Pengendapan air di udara dapat berupa awan, kabut, embun, dan hujan. Alat untuk mengukur kelembaban udara disebut higrografi. Kelembapan udara terdiri atas kelembapan relatif dan kelembapan absolut.

4.    Curah Hujan

Hujan merupakan peristiwa alam yang ditandai dengan jatuhnya titiktitik air ke permukaan bumi. Terjadinya hujan diawali oleh adanya penyinaran matahari pada air laut, danau, sungai, dan lain-lain sehingga menyebabkan terjadinya penguapan. Hasil penguapan yang berupa uap air terbawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi. Pada ketinggian tertentu karena proses pendinginan (kondensasi) terjadilah titik-titik air yang semakin lama semakin besar volumenya dan kemudian jatuh sebagai hujan. Alat pengukur arah hujan disebut ombrometer.

5.    Klasifikasi Iklim

Iklim suatu wilayah ditentukan lima faktor utama, yaitu garis lintang, angin utama, massa daratan atau benua, arus samudra, serta topografi. Berdasarkan faktor-faktor itu, para ahli iklim mengklasifikasikan iklim di Bumi menjadi beberapa tipe, antara lain sebagai berikut.

A.   Iklim Matahari

Klasifikasi iklim Matahari didasarkan pada faktor garis lintang. Perbedaan garis-garis lintang di permukaan Bumi berpengaruh terhadap jumlah energi sinar matahari yang ditemuinya. Keadaan ini menyebabkan suhu udara di wilayah lintang rendah (khatulistiwa) lebih panas dibanding wilayah lintang tinggi (kutub).

B.    Iklim Menurut Koppen

Pada tahun 1900, Wladimir Koppen, seorang ahli klimatologi Jerman mengklasifikasikan iklim dunia menjadi lima kelompok. Klasifikasi iklim yang dilakukannya berdasarkan curah hujan dan suhu udara. Selain itu, juga mempertimbangkan vegetasi dan penyebaran jenis tanah. Sistem klasifikasinya disusun dengan menggunakan huruf besar dan kecil. Setiap kelompok menggunakan simbol satu huruf besar. Sedang subkelompok menggunakan dua huruf, yaitu gabungan huruf besar dan kecil. Klasifikasi iklim menurut Koppen, yaitu kelima kelompok iklim tipe A, B, C, D, dan E.

a.    Iklim Tipe A (Iklim Hujan Tropis)

Wilayah beriklim tipe A memiliki curah hujan tinggi, penguapan tinggi (rata-rata 70 cm3/tahun), dan suhu udara bulanan rata-rata di atas 18° C. Curah hujan tahunan lebih dari penguapan tahunan, tidak ada musim dingin. Wilayah beriklim tipe A dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut.

b.    Iklim tipe Af

Iklim tipe Af memiliki suhu udara panas dan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Di wilayah beriklim tipe A terdapat banyak hutan hujan Contoh: wilayah Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Wilayah beriklim tipe Af memiliki ciri:

v  hutan sangat lebat dan heterogen (bermacam-macam tanaman);

v  terdapat banyak tumbuhan panjat; serta

v  terdapat jenis tumbuhan seperti pakis, palem,

c.    Iklim tipe Am

Iklim tipe Am memiliki suhu udara panas, musim hujan, dan musim kemarau yang Batas antara musim hujan dan kemarau tegas. Wilayah beriklim tipe Am antara lain terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Papua bagian selatan. Wilayah beriklim tipe Am memiliki ciri:

v  curah hujan tergantung musim;

v  jenis tanaman pendek dan homogen; serta

v  hutan homogen yang menggugurkan daunnya ketika

d.    Iklim tipe Aw

Iklim tipe Aw, memiliki suhu udara panas, musim hujan, dan musim kemarau yang lebih panjang dibandingkan dengan musim Wilayah beriklim tipe Aw terdapat di wilayah Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Kepulauan Aru, dan Papua bagian selatan. Wilayah beriklim tipe Aw memiliki ciri:

v  hutan berbentuk sabana (savana);

v  jenis tumbuhan padang rumput dan semak belukar; dan

v  pohonnya berjenis

e.    Iklim Tipe B (Iklim Kering)

Ciri Iklim tipe B adalah penguapan tinggi dengan curah hujan rendah (rata-rata 25,5 mm/tahun) sehingga sepanjang tahun penguapan lebih besar daripada curah hujan. Tidak terdapat surplus air. Di wilayah beriklim tipe B tidak terdapat sungai yang permanen. Wilayah beriklim tipe B dibedakan menjadi tipe Bs (iklim stepa) dan tipe Bw (iklim gurun).

f.     Iklim Tipe C (Iklim Sedang Hangat)

Iklim tipe C mengalami empat musim, yaitu musim dingin, semi, gugur, dan panas. Suhu udara rata-rata bulan terdingin adalah (–3)°C – (–8)°C. Terdapat paling sedikit satu bulan yang bersuhu udara rata-rata 10° C. Iklim tipe C dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut.

v  Iklim tipe Cw, yaitu iklim sedang basah (humid mesothermal) dengan musim dingin yang

v  Iklim tipe Cs, yaitu iklim sedang basah dengan musim panas yang

v  Iklim tipe Cf, yaitu iklim sedang basah dengan hujan dalam semua

v  Iklim Tipe D (Iklim Salju Dingin)

g.    Iklim tipe D

Iklim tipe D merupakan iklim hutan salju dengan suhu udara rata-rata bulan terdingin < – 3° C dan suhu udara rata-rata bulan terpanas > 10° C. Iklim tipe D dibedakan menjadi dua:

v  Iklim tipe Df, yaitu iklim hutan salju dingin dengan semua bulan

Wilayah beriklim

v  tipe Dw, yaitu iklim hutan salju dingin dengan musim dingin yang

v  Iklim Tipe E (Iklim Kutub)

h.    Wilayah beriklim tipe E

Wilayah beriklim tipe E mempunyai ciri tidak mengenal musim panas, terdapat salju abadi dan padang lumut. Suhu udara tidak pernah melebihi 10° C. Wilayah beriklim tipe E dibedakan atas tipe Et (iklim tundra) dan tipe Ef (iklim kutub dengan salju abadi). Iklim tipe E terdapat di daerah Arktik dan Antartika.

C.   Iklim Menurut Schmidt–Ferguson

Schmidt–Ferguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah. Suatu bulan disebut bulan kering, jika dalam satu bulan terjadi curah hujan kurang dari 60 mm. Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah hujannya lebih dari 100 mm.

Iklim Schmidt dan Ferguson sering disebut juga Q model karena didasarkan atas nilai Q. Nilai Q merupakan perbandingan jumlah ratarata bulan kering dengan jumlah rata-rata bulan basah. Nilai Q dirumuskan sebagai berikut:

Q=((Rata-rata bulan kering):(Rata-rata bulan basah)) x 100%

Nilai Q ditentukan dari perhitungan rata-rata bulan kering dan bulan basah selama periode tertentu, misalnya 30 tahun.

D.    Iklim Menurut Oldeman

Penentuan iklim menurut Oldeman menggunakan dasar yang sama dengan penentuan iklim menurut Schmidt-Ferguson, yaitu unsur curah hujan. Bulan basah dan bulan kering dikaitkan dengan kegiatan pertanian di daerah tertentu sehingga penggolongan iklimnya disebut juga zona agroklimat. Misalnya, jumlah curah hujan sebesar 200 mm tiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah.

Sedang untuk membudidayakan palawija, jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Selain itu, musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah selama satu musim. Dalam  metode ini, dasar penentuan bulan basah, bulan lembap, dan bulan kering sebagai berikut.

Bulan basah, apabila curah hujannya > 200

Bulan lembap, apabila curah hujannya 100–200

Bulan kering, apabila curah hujannya < 100

E.   Iklim Menurut Junghuhn

Junghuhn mengklasifikasikan iklim berdasarkan ketinggian tempat dan mengaitkan iklim dengan jenis tanaman yang tumbuh dan berproduksi optimal sesuai suhu di habitatnya. Junghuhn mengklasifikasikan iklim menjadi empat

0-700 m, zona panas, contoh- karet, kopi, tebu, jagung, kelapa

700-1500 m, zona sedang, contoh- teh, kina

1500-2500 m, zona sejuk, contoh- pinus

> 2500 m, zona dingin, contoh- lumut

Pengaruh Perubahan Iklim terhadap kehidupan manusia

Perubahan iklim berdampak sangat luas pada kehidupan masyarakat. Kenaikan suhu bumi tidak hanya berdampak pada naiknya temperatur bumi tetapi juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian dan ekosistem wilayah pesisir.

Menurunnya kualias air

Terlalu tingginya curah hujan akan mengakibatkan menurunnya kualitas sumber air. Selain itu, kenaikan suhu juga mengakibatkan kadar klorin pada air bersih.

Menurunnya kuantitas air

Pemanasan global akan meningkatkan jumlah air pada atmosfer, yang kemudian meningkatkan curah hujan. Meski kenaikkan curah hujan sebetulnya dapat meningkatkan jumlah sumber air bersih, namun curah hujan yang terlalu tinggi mengakibatkan tingginya kemungkinan air untuk langsung kembali ke laut, tanpa sempat tersimpan dalam sumber air bersih untuk digunakan manusia

Kesehatan menurun

Akibat musim kemarau berkepanjangan, gelombang panas meningkatkan suhu udara secara ekstrem dan hujan lebat. Salah satu dampaknya adalah pada kesehatan manusia. Musim kemarau berkepanjangan adalah kondisi yang baik bagi perkembangan bakteri, virus, jamur dan parasit. Keadaan ini menimbulkan kondisi penyakit yang berhubungan dengan bakteri di udara, contohnya adalah penyakit kulit, alergi hingga infeksi pernapasan.

Mengakibatkan banjir

Perubahan cuaca secara ekstrem dapat mengakibatkan bencana. Salah satunya adalah banjir besar, hal tersebut dapat berakibat pada lumpuhnya aktivitas masyarakat serta munculnya banyak penyakit.

 

https://www.dosenpendidikan.co.id/unsur-cuaca-dan-iklim/

https://geo-media.blogspot.com/2013/12/cuaca-dan-iklim.html

http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/info-iklim/dampak-fenomena-perubahan-iklim/357-dampak-perubahan-iklim-terhadap-kesehatan-manusia

https://www.youtube.com/watch?v=C6QVE6TpkjE


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTINGAN UNGGULAN

MATERI 1

BENTUK-BENTUK MUKA BUMI Hampir sepanjang sejarah selama ratusan tahun kita telah mengetahui dan juga meyakini bahwa bentuk planet termasuk...