Selasa, 25 Mei 2021

Resume ke 13 Belajar Menulis

 

MENULIS BUKU NONFIKSI





Menulis buku nonfiksi merupakan sebuah impian bagi saya. Menurut para penulis profesional menulislah apa yang anda sukai dan anda kuasai. Sebenarnya, saya lebih menyukai menulis fiksi. Tetapi, saya adalah seorang guru, sehingga tidak salah jika memiliki keinginan untuk bisa menulis sebuah buku nonfiksi yang  bisa digunakan di sekolah ataupun menjadi rujukan kepada teman-teman seprofesiku.

Materi pada pertemuan kali ini, dibawakan oleh seorang ibu yang berasal dari Kediri, memiliki sebuah karya yang sudah tembus di penerbit mayor. Beliau adalah ibu Musiin, M.Pd. yang akrab disapa bu Iin. Tema materinya adalah konsep buku nonfiksi. Seorang guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Tarokan Kediri sejak tahun 1998, juga merupakan founder organisasi swadaya masyarakat YAPSI yang berdiri sejak tahun 1991, serta founder PT In Jaya yang bergerak di bidang ekspedisi untuk pendistribusian produksi Indomarco dan Indolakto Pasuruan.

Awal materi, disajikan foto buku hasil karya beliau yang sudah terpajang di Gramedia, sebuah kebanggaan bagi seorang penulis jika bukunya bisa berada di barisan rak buku tersebut. Hal ini beliau lakukan untuk membakar semangat para peserta untuk bisa menelorkan sebuah buku yang nantinya bisa juga dipajang di Gramedia atau memiliki banyak pembaca.

Menjadi penulis, tentunya memiliki beberapa alasan. Tidak semua orang bisa menjadi penulis jika hanya berdiam dan berkhayal. Berikut adalah beberapa alasan mengapa orang ingin menulis. Pertama, penulis ingin mewariskan ilmu melalui buku yang dia tulis. Kedua,penulis ingin memiliki buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline, dan yang ketiga adalah penulis ingin mengembangkan profesinya sebagai seorang guru.

Dalam penulisan buku nonfiksi ada tiga pola yaitu :

1.    Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit), Contoh: Buku Pelajaran;

2.    Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses), Contoh: Buku Panduan;

3.    Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara).

Menulis buku nonfiksi hampir sama dengan menuis buku fiksi. Ada tahapan – tahapan yang harus dilalui oleh seorang penulis, tahapan tersebut adalah :

  1. Menentukan tema, misalnya tema parenting, pendidikan, motivasi, dan sebagainya;
  2. Menemukan ide. Ide bisa berasal darimana saja, bisa dari pengalaman pribadi ataupun dari pengalaman orang yang ada di sekitar kita;
  3. Merencanakan jenis tulisan;
  4. Mengumpulkan bahan tulisan;
  5. Bertukar pikiran;
  6. Menyusun daftar;
  7. Meriset;
  8. Membuat Mind Mapping;
  9. Menyusun kerangka.

Mengembangkan kerangka yang telah disusun memerlukan keterampilan agar tulisan yang dibuat dapat tertata dengan rapi. Menulis buku nonfiksi seharusnya memuat anatomi buku yang terdiri dari halaman judul, halaman daftar isi, halaman prakata, bagian /bab, halaman glosarium, halaman daftar pustaka, halaman indeks, dan halaman tentang penulis.

Selanjutnya, menulis draf, yaitu penulis menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas, tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan. Berikutnya adalah merevisi draf, yaitu penulis merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian serta memeriksa gambaran besar dari naskah. Dan terakhir adalah menyunting naskah (KBBI dan PUEBI).

Penulis kerapkali mengalami hambatan dalam menulis. Saya pun mengalami banyak hambatan dalam menulis. Hambatan- hambatan tersebut seperti hambatan waktu, hambatan kreativitas, hambatan teknis, hambatan tujuan, dan hambatan psikologis. dari beberapa hambatan diatas, sepertinya hambatan yang paling sering saya alami adalah hambatan psikologis.

Banyaknya hambatan yang sering dialami penulis, maka seorang penulis pun harus mampu untuk mengatasi hambatan –hambatan tersebut, dengan cara banyak membaca, mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber, harus disiplin menulis setiap hari, dan melakukan kegiatan yang menyenangkan sehingga muncul kembali gairah untuk menulis.

Musuh besar perubahan adalah diri sendiri. Apakah hal-hal hebat yang ada diri Bapak Ibu akan berlalu begitu saja tanpa bisa diambil oleh anak cucu kita. Keluarkan potensi hebat Bapak Ibu menjadi sebuah buku. Demikian closing statement dari penulis buku Literasi Digital Nusantara, Meningkatkan Daya Saing Generasi.





Tanggal Pertemuan : 21 Mei 2021

Resume ke : 13

Tema : Konsep buku nonfiksi

Narasumber : Musiin, M.Pd.

Gelombang : 18

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTINGAN UNGGULAN

MATERI 1

BENTUK-BENTUK MUKA BUMI Hampir sepanjang sejarah selama ratusan tahun kita telah mengetahui dan juga meyakini bahwa bentuk planet termasuk...