MENULIS BUKU NONFIKSI
Menulis buku nonfiksi
merupakan sebuah impian bagi saya. Menurut para penulis profesional menulislah
apa yang anda sukai dan anda kuasai. Sebenarnya, saya lebih menyukai menulis fiksi.
Tetapi, saya adalah seorang guru, sehingga tidak salah jika memiliki keinginan untuk bisa menulis sebuah buku nonfiksi yang bisa digunakan di sekolah ataupun menjadi
rujukan kepada teman-teman seprofesiku.
Materi pada pertemuan
kali ini, dibawakan oleh seorang ibu yang berasal dari Kediri, memiliki sebuah
karya yang sudah tembus di penerbit mayor. Beliau adalah ibu Musiin, M.Pd. yang
akrab disapa bu Iin. Tema materinya adalah konsep buku nonfiksi. Seorang guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Tarokan Kediri sejak
tahun 1998, juga merupakan founder organisasi swadaya masyarakat YAPSI yang
berdiri sejak tahun 1991, serta founder PT In Jaya yang bergerak di bidang
ekspedisi untuk pendistribusian produksi Indomarco dan Indolakto Pasuruan.
Awal materi, disajikan
foto buku hasil karya beliau yang sudah terpajang di Gramedia, sebuah
kebanggaan bagi seorang penulis jika bukunya bisa berada di barisan rak buku
tersebut. Hal ini beliau lakukan untuk membakar semangat para peserta untuk
bisa menelorkan sebuah buku yang nantinya bisa juga dipajang di Gramedia atau
memiliki banyak pembaca.
Menjadi penulis, tentunya
memiliki beberapa alasan. Tidak semua orang bisa menjadi penulis jika hanya
berdiam dan berkhayal. Berikut adalah beberapa alasan mengapa orang ingin
menulis. Pertama, penulis ingin mewariskan ilmu melalui buku yang dia tulis.
Kedua,penulis ingin memiliki buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko
buku online maupun offline, dan yang ketiga adalah penulis ingin mengembangkan
profesinya sebagai seorang guru.
Dalam penulisan buku
nonfiksi ada tiga pola yaitu :
1. Pola
Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari
sederhana ke rumit), Contoh: Buku Pelajaran;
2. Pola
Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses), Contoh: Buku Panduan;
3. Pola
Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini
diterapkan pada buku-buku kumpulan
tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara).
Menulis buku nonfiksi
hampir sama dengan menuis buku fiksi. Ada tahapan – tahapan yang harus dilalui
oleh seorang penulis, tahapan tersebut adalah :
- Menentukan
tema, misalnya tema parenting, pendidikan, motivasi, dan sebagainya;
- Menemukan ide.
Ide bisa berasal darimana saja, bisa dari pengalaman pribadi ataupun dari
pengalaman orang yang ada di sekitar kita;
- Merencanakan
jenis tulisan;
- Mengumpulkan
bahan tulisan;
- Bertukar
pikiran;
- Menyusun
daftar;
- Meriset;
- Membuat Mind
Mapping;
- Menyusun
kerangka.
Mengembangkan kerangka
yang telah disusun memerlukan keterampilan agar tulisan yang dibuat dapat
tertata dengan rapi. Menulis buku nonfiksi seharusnya memuat anatomi buku yang
terdiri dari halaman judul, halaman daftar isi, halaman prakata, bagian /bab,
halaman glosarium, halaman daftar pustaka, halaman indeks, dan halaman tentang penulis.
Selanjutnya, menulis draf,
yaitu penulis menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas, tidak
mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan.
Berikutnya adalah merevisi draf, yaitu penulis merevisi sistematika/struktur
tulisan dan penyajian serta memeriksa gambaran besar dari naskah. Dan terakhir
adalah menyunting naskah (KBBI dan PUEBI).
Penulis kerapkali
mengalami hambatan dalam menulis. Saya pun mengalami banyak hambatan dalam menulis. Hambatan- hambatan tersebut seperti hambatan
waktu, hambatan kreativitas, hambatan teknis, hambatan tujuan, dan hambatan
psikologis. dari beberapa hambatan diatas, sepertinya hambatan yang paling sering saya alami adalah hambatan psikologis.
Banyaknya hambatan yang
sering dialami penulis, maka seorang penulis pun harus mampu untuk mengatasi
hambatan –hambatan tersebut, dengan cara banyak membaca, mencari inspirasi di
lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber, harus
disiplin menulis setiap hari, dan melakukan kegiatan yang menyenangkan sehingga
muncul kembali gairah untuk menulis.
Musuh besar perubahan adalah diri sendiri. Apakah hal-hal hebat yang ada diri Bapak Ibu akan berlalu begitu saja tanpa bisa diambil oleh anak cucu kita. Keluarkan potensi hebat Bapak Ibu menjadi sebuah buku. Demikian closing statement dari penulis buku Literasi Digital Nusantara, Meningkatkan Daya Saing Generasi.
Tanggal Pertemuan : 21 Mei 2021
Resume ke : 13
Tema : Konsep buku nonfiksi
Narasumber : Musiin, M.Pd.
Gelombang : 18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar