Mudahnya Menulis Cerita Fiksi
Cerita fiksi adalah sebuah tulisan yang
dihasilkan dari imajinasi atau khayalan penulis dengan cerita yang masuk akal. Cerita
yang ada, biasanya terinspirasi dari kisah nyata dikehidupan ini, kemudian
ditulis dengan beberapa perubahan sehingga hanya menyerupai cerita nyata.
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, saya
sangat senang membaca buku cerita, apalagi dongeng anak yang mengisahkan
kisah-kisah ajaib. Saat itu saya belum tahu jika buku yang sering kubaca
termasuk dalam cerita fiksi. Di dalam kelas, hal yang paling saya senangi ketika
guru memberikan tugas membaca buku cerita kemudian kami disuruh menceritakan kembali
di hadapan teman-teman. Saya akan membusungkan dada tampil menceritakan semua kejadian yang ada di kisah yang baru saja kubaca.
Kegemaran membaca buku fiksi terus menjadi
kebutuhan hingga saya menjadi guru. Gramedia adalah tempat favorit saya jika berkunjung
ke mall. Tak lupa untuk membawa pulang satu atau dua buku fiksi. Buku-buku yang
kubeli tidak bertahan lama di rak, karena setelah saya membacanya, saya akan
dengan semangat menceritakan ke teman-teman tentang cerita dalam buku itu, sehingga teman-teman
akan bergantian meminjamnya, hingga tidak tahu lagi buku itu sudah berada
dimana.
Kecintaan dengan bacaan fiksi kemudian
memantik keinginan untuk bisa memiliki sebuah buku fiksi, maka pada tahun 2019,
saya mengikuti sebuah pelatihan dan berhasil menerbitkan novel yang
berjudul April bukan bulan, dan di tahun 2020 bersama rekan -rekan menulis cerpen yang dikumpulkan dalam sebuah buku berjudul Perempuan yang menjeda kenangan.
Materi kali ini sangat menarik, karena
saya sebagai penulis pemula tentu masih sangat membutuhkan pengetahuan tentang
cara menulis fiksi yang baik dan benar. Pria kelahiran Sukoharjo, bertugas
sebagai guru IPA di SMP Negeri 3 Lingsar Lombok Barat, siang ini akan membagikan
ilmunya kepada kami peserta pelatihan belajar menulis. Bapak Sudomo, S.Pt.
dengan nama pena Momo DM. Seorang penulis fiksi yang sudah meraih beberapa
penghargaan dibidang menulis, salah satunya yaitu sebagai juara 1 Lomba menulis
cerpen dari interpretasi foto setting tempat yang diselenggarakan oleh Travel
Agent Eazy Travel Jakarta tahun 2012.
Menampilkan slide dan penjelasan melalui
pesan suara beliau memaparkan materinya dengan lugas. Sebagai peserta saya menyimak materi yang disajikan oleh bapak narasumber yang sudah menerbitkan beberapa karya fiksi ini.
Menulis cerita fiksi bagi seorang guru memiliki
empat alasan untuk melakukannya. Pertama, dalam Asesmen Kompetensi Minimun (AKM)
memerlukan kemampuan literasi teks fiksi. Kedua, sebagai cara menemukan passion
kita dalam bidang kepenulisan. Ketiga, sebagai upaya menyembunyikan dan
menyembuhkan diri dari sebuah luka dengan menitipkan segala sesuatu yang ada
pada diri kita pada tokoh-tokoh cerita. Keempat, sebagai jalan mengeksplorasi
kemampuan menulis.
Untuk bisa menulis fiksi, penulis
hendaknya memenuhi syarat. Syaratnya adalah harus banyak membaca cerita fiksi,
lalu memiliki keinginan dan kemampuan untuk melakukan riset. Selanjutnya,
penulis harus mampu memahami dasar- dasar menulis cerita fiksi, serta
mempelajari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI). Tak lupa, untuk tetap menjaga komitmen, niat, dan
konsistensi menulis.
Cerita fiksi, ada beberapa bentuk yang dapat dibedakan berdasarkan ciri-cirinya. Nah, apa sajakah itu? Berikut kita lihat perbedaannya.
- Fiksimini, adalah sebuah tulisan fiksi yang terdiri dari 6
sampai 10 kata.
- Flash fiction, adalah tulisan fiksi
yang terdiri dari 50 sampai 100 kata.
- Fentigraf, adalah tulisan fiksi yang
terdiri dari 3 paragraf.
- Cerpen, adalah tulisan fiksi dengan
jumlah kata dibawah 7500.
- Novelet, adalah tulisan fiksi dengan
jumlah kata antara 7500 sampai 17500.
- Novela, adalah tulisan fiksi dengan
jumlah kata antara 17500 sampai 40000.
- Novel, adalah tulisan fiksi dengan
jumlah kata diatas 40000.
Membentuk sebuah cerita fiksi memerlukan
unsur-unsur pembangun cerita. Sebelum menulis tentunya harus menentukan tema
terlebih dahulu, kemudian ada premis, alur atau plot, penokohan, latar/setting,
dan sudut pandang. Kesemua unsur tergabung dan saling berhubungan sehingga membentuk
satu kesatuan untuk menjadi sebuah cerita fiksi.
Lalu, bagaimana kiat menulis cerita fiksi?
Pertama yang harus ada adalah niat, karena dengan niat kita bisa menjadi
termotivasi untuk memulai hingga menyelesaikan tulisan. Kedua adalah banyak
membaca referensi cerita fiksi yang ditulis oleh orang lain, sehingga kita
menemukan bahan berupa ide, pemilihan kata, serta gaya dan teknik penulisan.
Ketiga, Ide dan genre. Ketika ide itu datang, segera tuliskan dan nanti dilain
kesempatan bisa dikembangkan dengan imajinasi, sedangkan genre bisa kita pilih
sesuai dengan kesukaan kita, apakah cerita tersebut bergenre anak-anak, remaja,
ataupun dewasa.
Ketika ketiga hal tersebut diatas sudah
ada, maka langkah berikutnya adalah membuat outline, yang berisi kerangka
tulisan dengan menuliskan unsur-unsur pembangun cerita yang akan ditulis. Kemudian
mulailah menulis dengan mengenalkan tokoh dan memunculkan konflik dengan
menggunakan imajinasi dan logika, dan jangan lupa untuk memberikan ending
cerita yang mengesankan.
Setelah menulis, proses selanjutnya adalah swasunting, yaitu proses penyuntingan tulisan dengan memperhatikan kata baku, kesalahan pengetikan, dan siapkan Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) untuk membantu membenarkan kesalahan penulisan.
Proses terakhir dalam menulis fiksi yaitu publikasi. Semua orang memiliki keinginan agar tulisannya bisa dibaca orang lain. Untuk mempublikasikan tulisan tersebut, bisa diterbitkan di penerbit indie atau penerbit mayor.
Tanggal
Pertemuan : 3 Mei 2021
Resume
ke : 11
Tema
: Kiat Menulis Cerita Fiksi
Narasumber
: Sudomo, S.Pt.
Gelombang
: 18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar