Sabtu, 08 Mei 2021

Resume ke 10 Belajar Menulis

 Tips Tembus Penerbit Mayor

                          

Mendung pagi hari sangat menggoda raga ini untuk tetap di pembaringan. Apalagi beberapa hari yang lalu berderet kegiatan yang harus diikuti dan menyelesaikan tugas dan tanggungjawab sebagai seorang guru.

Dengan tekad yang kuat, saya mulai memainkan jemari di atas tombol keyboard laptop yang selalu setia menerima hentakan demi hentakan halus untuk menciptakan serangkaian kalimat yang siap untuk dibaca.

Membuat resume belajar menulis gelombang 18 harus selesai pagi ini, sudah ada beberapa pertemuan yang belum sempat saya tuliskan resumenya. Saya memulai menuliskan resume pagi ini dengan materi yang disajikan pada pertemuan ke 12. Wah, saya banyak ketinggalan. Harus tancap gas nih kalau tidak mau jauh tertinggal.

Pertemuan ke 12 diisi oleh seorang narasumber yang berasal dari salah satu penerbit mayor yang sudah banyak menerbitkan buku dan mengorbitkan penulis-penulis handal. Tentunya juga memantik keinginan saya untuk bercita-cita suatu saat tulisanku bisa diterbitkan oleh penerbit ini. Beliau adalah Bapak Joko Irawan Mumpuni, merupakan Direktur Penerbit ANDI, Ketua I, IKAPI DIY , Penulis buku, bersertifikat BNSP dan merupakan Assesor BNSP.

Dalam dunia pasar buku, terdapat dua jenis buku yaitu buku teks dan nonteks. Yang sering kita temui di dunia kerja adalah buku teks yang terdiri dari buku pelajaran dan buku perguruan tinggi. Sedangkan buku nonteks terdiri dari buku-buku fiksi, buku-buku popular, buku petunjuk praktis, buku masak, dan sebagainya. Buku ini biasanya dimiliki karena kecintaan membaca cerita yang dijadikan media hiburan bagi sebagian orang.

Untuk menerbitkan sebuah buku. Penerbit mayor memiliki kriteria yang menjadi pertimbangan demi mencegah kerugian-kerugian yang akan terjadi, karena sejatinya sebuah penerbit bertujuan untuk mengejar keuntungan.

Kriteria yang diperlukan dibagi atas empat kuadran.

  1. Pertama, yaitu temanya tidak populer tetapi penulisnya populer. Naskah yang termasuk dalam kuadran ini tentunya akan diterbitkan oleh penerbit mayor karena sudah diyakini akan laku di pasaran.
  2. Kedua, temanya populer dan penulisnya populer. Penerbit tidak akan ragu untuk menerbitkan naskah di kategori ini, karena sudah menjanjikan keuntungan besar dan akan laku keras di pasaran.
  3. Ketiga,  temanya populer meskipun penulisnya bukan populer. Kategori ini cocok untuk penulis pemula, yang belum pernah sama sekali menerbitkan buku yg diterima di penerbit mayor.Hal ini dapat membantu penulis untuk menjadi populer dan naskah berikutnya tentu akan diterima oleh penerbit mayor.
  4. Keempat, temanya tidak populer dan penulisnya tidak populer. Naskah yang ada di kuadran ini pasti akan ditolak oleh penerbit mayor, karena tidak bisa menjanjikan keuntungan bagi penerbit maupun ke penulis.

Sebagai penulis pemula yang belum pernah diterbitkan bukunya oleh penerbit mayor, meskipun sudah seringkali mengirimkan naskah dan yang terjadi tidak pernah diterbitkan, malah dikembalikan. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Ya, itu disebabkan penerbit mayor memiliki sistem penilaian, yaitu :

  1. Peluang potensi pasar dengan porsi 50- 100% menjadi penilaian yang tidak bisa diabaikan. Semakin tinggi peluang laku, maka semakin besar potensi untuk diterbitkan oleh penerbit mayor.
  2. Reputasi penulis 100-10%. Penulis terkenal atau memiliki reputasi yang bagus pasti banyak pembaca yang akan membeli bukunya.
  3. Kelimuan 30%.
  4. Editorial 10%.

Semua penulis tentu berkeinginan naskahnya diterbitkan oleh penerbit mayor, karena ada beberapa keuntungan yang akan diperoleh oleh penulis, yaitu peningkatan finansial, peningkatan karir, kebutuhan batin, dan reputasi.

Untuk menerbitkan sebuah buku, ada beberapa langkah yang ditempuh oleh seorang penulis, yaitu naskah yang sudah jadi dikirimkan ke penerbit, setelah naskah dianggap layak untuk diterbitkan oleh penerbit, maka penulis akan diminta untuk mengirimkan naskah lengkap dan menandatangani kontrak perjanjian dengan penerbit. Kemudian buku dicetak dalam jumlah besar untuk diserahkan ke penyalur yaitu toko buku atau pasar buku dan berharap buku tersebut bisa sampai kepada pembaca.

Di Indonesia, sebuah penerbit mayor akan berhati-hati jika ingin menerbitkan buku, karena melihat kondisi masyarakat di negara kita yang memiliki minat baca yang sangat rendah. Ada kekhawatiran jika buku yang diterbitkan tidak laku di pasaran. Ini terjadi akibat kecenderungan masyarakat Indonesia lebih suka menonton daripada membaca. Hal ini tentu berpengaruh pada pasar buku, ditambah lagi kurangnya minat tulis dan banyaknya pembajakan yang seolah dibiarkan sehingga tidak ada apresiasi hak cipta.

Nah, jika Anda ingin menerbitkan buku, maka perlu diperhatikan pemilihan penerbit yang baik. Bagaimana memilih penerbit yang baik? berikut tipsnya.

  1. Memiliki visi dan misi yang jelas
  2. Memiliki bussines core lini produk tertentu
  3. Pengalaman penerbit
  4. Jaringan pemasaran
  5. Memiliki percetakan sendiri
  6. Keberanian mencetak jumlah eksemplar
  7. Kejujuran dalam pembayaran royalti.

    Mengutip kalimat Pramudya, "Tahulah kau, mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadai, sampai jauh, jauh dikemudian hari".






Tanggal Pertemuan : 30 April 2021

Resume ke : 10

Tema : Penerbit Mayor

Narasumber : Joko Irawan Mumpuni

Gelombang : 18







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTINGAN UNGGULAN

MATERI 1

BENTUK-BENTUK MUKA BUMI Hampir sepanjang sejarah selama ratusan tahun kita telah mengetahui dan juga meyakini bahwa bentuk planet termasuk...