Tips Tembus Penerbit Mayor
Mendung pagi hari sangat menggoda raga ini
untuk tetap di pembaringan. Apalagi beberapa hari yang lalu berderet kegiatan
yang harus diikuti dan menyelesaikan tugas dan tanggungjawab sebagai seorang
guru.
Dengan tekad yang kuat, saya mulai
memainkan jemari di atas tombol keyboard laptop yang selalu setia menerima
hentakan demi hentakan halus untuk menciptakan serangkaian kalimat yang siap
untuk dibaca.
Membuat resume belajar menulis gelombang
18 harus selesai pagi ini, sudah ada beberapa pertemuan yang belum sempat saya
tuliskan resumenya. Saya memulai menuliskan resume pagi ini dengan materi yang
disajikan pada pertemuan ke 12. Wah, saya banyak ketinggalan. Harus tancap gas
nih kalau tidak mau jauh tertinggal.
Pertemuan ke 12 diisi oleh seorang narasumber
yang berasal dari salah satu penerbit mayor yang sudah banyak menerbitkan buku
dan mengorbitkan penulis-penulis handal. Tentunya juga memantik keinginan saya untuk
bercita-cita suatu saat tulisanku bisa diterbitkan oleh penerbit ini. Beliau
adalah Bapak Joko Irawan Mumpuni, merupakan Direktur Penerbit ANDI, Ketua I,
IKAPI DIY , Penulis buku, bersertifikat BNSP dan merupakan Assesor BNSP.
Dalam dunia pasar buku, terdapat dua jenis
buku yaitu buku teks dan nonteks. Yang sering kita temui di dunia kerja adalah
buku teks yang terdiri dari buku pelajaran dan buku perguruan tinggi. Sedangkan buku nonteks terdiri dari buku-buku fiksi,
buku-buku popular, buku petunjuk praktis, buku masak, dan sebagainya. Buku
ini biasanya dimiliki karena kecintaan membaca cerita yang dijadikan media
hiburan bagi sebagian orang.
Untuk menerbitkan sebuah buku.
Penerbit mayor memiliki kriteria yang menjadi pertimbangan demi mencegah
kerugian-kerugian yang akan terjadi, karena sejatinya sebuah penerbit bertujuan
untuk mengejar keuntungan.
Kriteria yang diperlukan
dibagi atas empat kuadran.
- Pertama, yaitu
temanya tidak populer tetapi penulisnya populer. Naskah yang termasuk
dalam kuadran ini tentunya akan diterbitkan oleh penerbit mayor karena
sudah diyakini akan laku di pasaran.
- Kedua, temanya
populer dan penulisnya populer. Penerbit tidak akan ragu untuk menerbitkan
naskah di kategori ini, karena sudah menjanjikan keuntungan besar dan akan
laku keras di pasaran.
- Ketiga, temanya
populer meskipun penulisnya bukan populer. Kategori ini cocok untuk
penulis pemula, yang belum pernah sama sekali menerbitkan buku yg diterima
di penerbit mayor.Hal ini dapat membantu penulis untuk menjadi populer
dan naskah berikutnya tentu akan diterima oleh penerbit mayor.
- Keempat,
temanya tidak populer dan penulisnya tidak populer. Naskah yang ada di
kuadran ini pasti akan ditolak oleh penerbit mayor, karena tidak bisa
menjanjikan keuntungan bagi penerbit maupun ke penulis.
Sebagai penulis pemula yang
belum pernah diterbitkan bukunya oleh penerbit mayor, meskipun sudah seringkali
mengirimkan naskah dan yang terjadi tidak pernah diterbitkan, malah
dikembalikan. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Ya, itu disebabkan penerbit mayor
memiliki sistem penilaian, yaitu :
- Peluang
potensi pasar dengan porsi 50- 100% menjadi penilaian yang tidak
bisa diabaikan. Semakin tinggi peluang laku, maka semakin besar potensi
untuk diterbitkan oleh penerbit mayor.
- Reputasi
penulis 100-10%. Penulis terkenal atau memiliki reputasi yang bagus
pasti banyak pembaca yang akan membeli bukunya.
- Kelimuan 30%.
- Editorial 10%.
Semua penulis tentu
berkeinginan naskahnya diterbitkan oleh penerbit mayor, karena ada beberapa
keuntungan yang akan diperoleh oleh penulis, yaitu peningkatan finansial,
peningkatan karir, kebutuhan batin, dan reputasi.
Untuk menerbitkan sebuah buku,
ada beberapa langkah yang ditempuh oleh seorang penulis, yaitu naskah yang
sudah jadi dikirimkan ke penerbit, setelah naskah dianggap layak untuk
diterbitkan oleh penerbit, maka penulis akan diminta untuk mengirimkan naskah
lengkap dan menandatangani kontrak perjanjian dengan penerbit. Kemudian buku
dicetak dalam jumlah besar untuk diserahkan ke penyalur yaitu toko buku atau
pasar buku dan berharap buku tersebut bisa sampai kepada pembaca.
Di Indonesia, sebuah penerbit
mayor akan berhati-hati jika ingin menerbitkan buku, karena melihat kondisi
masyarakat di negara kita yang memiliki minat baca yang sangat rendah. Ada kekhawatiran
jika buku yang diterbitkan tidak laku di pasaran. Ini terjadi akibat kecenderungan
masyarakat Indonesia lebih suka menonton daripada membaca. Hal ini tentu
berpengaruh pada pasar buku, ditambah lagi kurangnya minat tulis dan banyaknya
pembajakan yang seolah dibiarkan sehingga tidak ada apresiasi hak cipta.
Nah, jika Anda ingin menerbitkan
buku, maka perlu diperhatikan pemilihan penerbit yang baik. Bagaimana memilih
penerbit yang baik? berikut tipsnya.
- Memiliki visi
dan misi yang jelas
- Memiliki bussines
core lini produk tertentu
- Pengalaman penerbit
- Jaringan pemasaran
- Memiliki percetakan
sendiri
- Keberanian mencetak jumlah eksemplar
- Kejujuran dalam pembayaran royalti.
Tanggal Pertemuan : 30 April 2021
Resume ke : 10
Tema : Penerbit Mayor
Narasumber : Joko Irawan Mumpuni
Gelombang : 18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar