Senin, 19 Juli 2021

Resume ke 19 Belajar Menulis Gelombang 19

 TIPS MENULIS BUKU DARI KARYA ILMIAH



Tanggal Pertemuan : 19 Juli 2021

Resume ke : 19

Tema : Menulis Buku dari Karya Ilmiah

Narasumber : Noralia Purwa Yunita, M.Pd.

Gelombang : 19    

        Ditengah kesibukan menyiapkan perayaan Idul Adha esok hari, malam ini tanggal 19 Juli 2021, kelas belajar menulis di grup WA yang diprakarsai Om Jay tetap dibuka. Sambil menyiapkan keperluan anak-anak berlebaran besok, saya tetap ingin fokus untuk menyimak materi dan menuliskan resumenya, meskipun jaringan malam ini agak lambat. 

    Alhamdulillah, malam ini kami bisa berkumpul bersama saudara di rumah orang tua untuk merayakan idul adha tahun ini. Anak-anak dengan riang bermain bersama saudara sepupunya. Mereka lama tidak bersua, sehingga pertemuan kali ini sangat membahagiakan mereka, juga bagi saya pribadi. Saya pun memilih menyimak materi di dalam kamar supaya bisa fokus sambil sesekali mengikuti lapal takbir yang terdengar dari mesjid yang tak jauh dari rumah ibu. 

    Pertemuan ke 4 kelas belajar menulis di gelombang 19 dengan tema menulis buku dari karya ilmiah, dibawakan oleh seorang narasumber berprestasi. Beliau adalah ibu Noralia Purwa Yunita, M.Pd. didampingi oelh ibu Aam Nurhasanah seorang guru blogger.

    Narasumber merupakan peraih Juara harapan 1 dalam lomba karya tulis di Universitas Negeri Semarang, program pendanaan DIKTI pada program kreativitas mahasiswa tingkat nasional, serta beberapa prestasi lainnya. Seorang guru blogger dengan beberapa karya tulis yang sudah diterbitkan, dan salah satu karyanya tembus di penerbit mayor PT Andi Offset. Lebih lengkap profil beliau dapat dilihat melalui https://drive.google.com/file/d/1oHk-MJUfcYYbo_ZCMGXINK_GEIGMiOAw/view?usp=drivesdk .

    Menurut Eko Susilo, M., Karya tulis ilmiah adalah artikel yang diperoleh sesuai dengan sifat ilmiah dan didasarkan pada observasi, evaluasi, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan bahasa bersantun dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya.

    Seorang guru tentu sudah pernah membuat karya tulis ilmiah, baik itu skripsi saat kuliah S1, atau tesis saat menempuh pendidikan S2, dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) saat mengajar. Semua karya tersebut dibuat sekedar untuk memenuhi tuntutan tertentu. 

    "Ketika sedang kuliah S1, S2 atau S3 pembuatan KTI tujuannya semata hanya untuk memenuhi prasyarat agar dapat lulus dan mendapatkan gelar, selebihnya jika sudah disidangkan atau telah dilakukan penilaian, KTI sudah pasti dibiarkan tergeletak begitu saja di rak Perpustakaan atau bahkan di gudang", ujar ibu narasumber.

    "Begitu pun juga dengan PTK ataupun best Practice, setelah laporan PTK dibuat, dikumpulkan ke penilai angka kredit, laporan tersebut biasanya hanya akan disimpan oleh penulis sendiri. Jika beruntung, laporan PTK itu bisa terpajang di perpustakaan sekolah", lanjutnya.

    "Muatan data dan temuan-temuan yang terdapat dalam sebuah KTI sudah barang tentu merupakan sebuah rangkaian informasi penting dan dapat bermanfaat bagi pemecahan persoalan faktual yang sedang dihadapi di lapangan. Tentu sangat disayangkan apabila informasi dan data penting tersebut hanya tergeletak begitu di perpustakaan dan tidak bisa tersampaikan kepada masyarakat luas, terlebih dapat dinikamati oleh masyarakat luas sebagai rujukan yang dapat memberikan solusi nyata", dengan lugas dan lengkap narasumber membeberkan alasan perlunya KTI dijadikan sebuah buku.

   Beberapa manfaat yang akan didapatkan ketika KTI dijadikan sebuah buku, yaitu :

  1. Dapat dibaca oleh masyarakat awam;
  2. Buku dapat diperjualbelikan, sehingga ada keuntungan material yang dapat kita peroleh;
  3. Bagi bapak ibu ASN, buku dapat dijadikan publikasi ilmiah yang dapat menambah poin angka kredit. Jadi selain mendapatkan poin AK dari laporan PTK, kita akan mendapatkan poin dari publikasi ilmiah berupa buku tadi;
  4. Jika buku kita dibaca banyak orang, dan banyak yang beli, ada kemungkinan nama kita sebagai penulis akan dikenal oleh banyak orang, ini juga merupakan keuntungan tersendiri;
  5. Ilmu yang ada, dapat tersebar bebas tanpa sekat jika sudah diubah menjadi BUKU.

        Adapun cara mengubah KTI menjadi sebuah buku, yaitu :



  1. Ubah judul KTI atau PTK kita menjadi judul populer, misalnya JUDUL TESIS Pengembangan modul berbasis riset pada materi reaksi redoks untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa kelas X SMA, ketika diubah menjadi JUDUL BUKU kalimatnya berubah menjadi kiat menulis modul berbasis riset. Kita sesuaikan dengan fokus penelitian, dengan menambah kata : KIAT, JURUS, STRATEGI, CARA SUKSES atau yang lainnya.

  2. Ubah bab I (pendahuluan) pada KTI menjadi bab I buku, dengan menghapus rumusan masalah, definisi operasional, dan manfaat penelitian dengan memasukkan permasalahan pembelajaran secara umum, alasan menggunakan metode/media/model pada pembelajaran, atau materi pelajaran yang kita teliti.

  3. Bab II dan seterusnya pada KTI versi buku dapat diambil dari pengembangan kajian teori pada bab II KTI asli. Sebagai contoh bab 2 KTI yang merupakan landasan teori berisi hasil belajar, media pembelajaran, modul, metode pembelajaran, pembelajaran berbasis riset. Ketika menjadi buku dapat dibuat menjadi beberapa bab yaitu,
          Sub bab 2.1. hasil belajar menjadi bab 2 buku 
          Bab 2 TEORI BELAJAR
            2.1. belajar
            2.2. permasalahan dalam pembelajaran
            2.3. Hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
        Sub bab 2.2. media pembelajaran menjadi bab 3 buku
        Bab 3 MEDIA PEMBELAJARAN
            3.1. Pengertian media
            3.2. jenis media
            3.3. manfaat media
        Sub bab 2.3. modul menjadi bab 4 buku
        Bab 4 mengenal modul 
            4.1.pengertian modul
            4.2. karakteristik modul
            4.3.sistematika modul
            4.4. kelebihan modul
        Dan seterusnya hingga sub bab dalam bab 2 selesai.
     
4. Bab V dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan. 

A.  Kita dapat memasukkan hasil penelitian KTI ke dalam buku. Ini dapat diawali dengan kata  pengantar "pada bab ini merupakan uraian dari hasil penelitian.... ". 

B.  Hilangkan semua kata Penelitian/ laporan PTK, laporan skripsi dan lainnya yang biasanya ada di karya ilmiah

C.  Boleh menampilkan grafik tetapi jangan terlalu banyak. Cukup grafik yang penting saja. Grafik lain yang tidak ditampilkan, dapat diubah dalam bentuk kalimat

5. Secara kebahasaan dan penyajian, karya ilmiah versi buku haruslah berbeda dengan versi laporan. Susunan dan gaya tulisan bebas terserah penulis, karena setiap penulis memiliki ide dan kreativitas masing-masing sesuai dengan pengalaman dan bahan bacaannya. Semakin literatnya penulis  maka akan semakin oke buku yang dia tulis. Hal ini karena membaca, berpikir dan menulis adalah satu rangkaian literasi yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, kita harus mengupayakan agar pembaca memahami isi buku kita secara lengkap, dan mengena apabila menjadi karya ilmiah kita diubah menjadi buku

6. Berikanlah ulasan mengenai kelebihan dan kelemahan penelitian yang anda lakukan agar pembaca yakin bahwa anda benar-benar telah melakukan penelitian tersebut

7. Daftar pustaka boleh menggunakan blog namun situs blog resmi seperti Kemendikbud.go.id, Jurnal ilmiah, e book,,atau karya ilmiah lainnya. JANGAN gunakan daftar pustaka berupa blog pribadi dengan domain blogspot, wordpress, dll

8. Karya ilmiah versi buku minimal 70 halaman format A5 dengan ukuran huruf, jenis huruf, dan margin disesuaikan Dengan aturan Penerbit.

    Agar buku karya kita tidak menjadi self plagiarisme, maka membuat buku dari karya ilmiah BUKAN BERARTI HANYA mengubah cover dan judul saja sementara isinya sama persis dengan KTI yang sudah kita punya. Kita harus mengubahnya sesuai dengan aturan yang ada sehingga KTI versi buku tidak akan sama struktur dan isinya dengan KTI aslinya

    Supaya karya ilmiah kita memiliki manfaat yang lebih, maka karya tersebut dapat diubah ke dalam bentuk buku. Fungsinya agar dapat dibaca oleh para pengajar lainnya. Ini lebih baik daripada berbagi file laporan karya ilmiah kita. Jika karya ilmiah kita dibukukan, selain memberikan manfaat dalam berbagi ilmu, buku karya ilmiah karya kita juga akan memiliki ISBN. Ini sangat penting  dan mungkin dibutuhkan bagi pengajar untuk menambah nilai angka kredit. Selian itu, karya kita juga tidak akan lekang oleh waktu tentang kebermanfaatannya, demikian penutup ibu narasumber dalam memaparkan materinya.

    Pada sesi tanya jawab, ibu Omma dari NTT mengajukan pertanyaan berkaitan dengan karya tulis yang layak dijadikan buku. Penulis buku kiat praktis menulis modul berbasis riset ini menjawab bahwa karya yang bisa dijadikan buku adalah karya yang pernah diaplikasikan dalam pembelajaran sehingga kita dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan dari model atau teknik yang diterapkan. Selain itu, jika model sudah pernah diuji cobakan maka pembaca akan semakin yakin keefektifan dari karya itu. Sebagai contoh karya yang dapat dikonversi menjadi buku adalah PTK, skripsi, tesis, disertasi, dan karya penelitian lainnya.

    Wah, senang sekali rasanya malam ini dapat inspirasi dari ibu narasumber hebat malam ini. Saya menjadi ingin untuk menerbitkan buku melalui beberapa karya tulis yang sudah pernah kubuat. Semoga saja suatu hari, trik dan tips yang dipaparkan narasumber malam ini bisa saya aplikasikan, sehingga karya tulis yang ada tidak berserakan begitu saja dan dapat bermanfaat bagi teman-teman guru, sebagaimana karya-karya ibu Noralia.




    

      


4 komentar:

  1. Sajian resume yang apik, calon penerima hadiah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terimakasih kunjungan dan komentarnya pak

      Hapus
  2. Terimakasih sudah singgah bu, Sukses bersama ibu juga yaa...

    BalasHapus

POSTINGAN UNGGULAN

MATERI 1

BENTUK-BENTUK MUKA BUMI Hampir sepanjang sejarah selama ratusan tahun kita telah mengetahui dan juga meyakini bahwa bentuk planet termasuk...