Mental dan Naluri Penulis
Menjadi
seorang penulis tentunya butuh modal. Modal yang utama yaitu kemauan. Ya,
adanya kemauan untuk menulis menjadi sebuah jembatan untuk melahirkan sebuah
naskah. Ketika seseorang sudah memiliki kemauan untuk menulis, hal selanjutnya
yang dibutuhkan adalah mental. Seorang penulis apalagi bagi penulis pemula,
mental itu sangat mempengaruhi. Karena ketika mental tidak siap, maka kapan
saja kemauan untuk menulis itu hilang dan entah bagaimana lagi caranya untuk
mendapatkan kembali kemauan itu.
Sebagai
penulis pemula, saya perlu mengetahui bagaimana mengelola mental pribadi supaya
memiliki mental baja, yang siap menghadapi segala kemungkinan yang akan
terjadi. Mungkin ketika saya menerima pujian atas tulisanku atau pun kritikan
dan bahkan hujatan yang bisa menurunkan semangat menulis saya.
Pada
pertemuan ke sembilan di kelas belajar menulis ini, materi yang akan dipaparkan
oleh narasumber dengan tema “Mental dan Naluri Penulis” yang akan dibawakan oleh
seorang wanita muda, cantik dan berbakat dengan sejuta talenta, demikian
dikatakan oleh host, dan saya pribadi setuju. Narasumber kali ini benar-benar
masih sangat muda jika dibandingkan dengan saya.
Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. adalah salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Kelahiran Subang, 23 Mei 1990. Beliau aktif di MGMP dan bidang literasi. Dari beberapa hasil karyanya, terdapat tulisan yang bisa tembus ke penerbit mayor. beberapa penghargaan di bidang literasi pun kerap didapatkannya.
Menurut KBBI mental adalah bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga. Sehingga menurut narasumber mental penulis merujuk pada kondisi psikologis atau batin si penulis itu sendiri. Seorang penulis harus memiliki mental dan berdasarkan analisisnya, dilihat dari keseimbangan teknik dan mental penulis, maka ada 4 Tipe Penulis, yaitu dying writer, dead man, sick people, dan alive. Mmm, kira-kira saya masuk tipe yang mana nih. Makin penasaran menyimak lanjutan materinya.
Tipe
pertama adalah Dying Writer atau
penulis yang sekarat. Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang lemah
secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis. Penulis ini biasanya
rajin ikut pelatihan menulis namun tidak mampu menghasilkan karya karena merasa
bingung bagaimana harus menulis, mendapatkan ide, dan sebagainya. Sehingga
menulis tinggal mimpi yang tak kunjung jadi nyata.
Tipe
kedua adalah Dead Man. Sesuai
namanya, tulisan dari kategori ini "mati". Tidak diketahui
keberadaannya. Tulisannya dibuat dalam folder laptop ataupun di media lain dan
tidak dipublikasikan. Alasannya mereka kurang berani ataupun malu mendapatkan
kritikan dari pembaca. Padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah mumpuni.
Tipe
ketiga adalah Sick People.
Orang-orang dalam kelompok ini adalah yang masih lemah teknik menulisnya namun
sudah cukup memiliki mental seorang penulis, sehingga sudah berani
mempublikasikan tulisannya. Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik,
mengomentari tulisan mereka dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam
tulisannya. Misal typo, penggunaan kata yang sama berulang kali, paragraf yang
terlalu panjang, dan sebagainya. Nah, sepertinya saya di tipe ini nih, sudah
punya tulisan tapi masih butuh tempelan dari kekurangan-kekurangan yang saya
miliki. Dan menurut ibu narasumber obatnya
mudah, yaitu terus menulis. Dengan meningkatkan jam terbang dalam menulis
penyakit itu akan sembuh. Karena semakin banyak menulis, semakin banyak review,
semakin banyak baca, sehingga bisa meminimalkan kesalahan dalam penulisan karya.
Tipe
keempat merupakan kategori terbaik, yaitu Alive,
yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung
yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Orang-orang dalam kelompok ini
sudah bisa dikatakan "ahli" menulis (kuat teknik) serta kuat
mentalnya. Cirinya mudah. Meski tingkatan ahli ada pemula, menengah dan sangat
ahli, tapi secara umum kita bisa mengenali mereka. Misal saat menulis sudah
seperti kebutuhan primer seperti makan. Ibaratnya, jika tak makan akan lapar.
Begitu pula mereka yang hidup dalam menulis. Akan lapar menulis bahkan jika
sehari saja tak membuat tulisan. Ciri yang paling kentara dari kelompok ini
tentu saja seperti juara lomba menulis, bukunya tembus di jurnal nasional, di
media massa, dsb. Kelompok Alive ini termasuk kategori pembelajar sejati.
Selalu berproses. Mampu hadapi tantangan menulis
Teknik
menulis akan membaik jika kita sering berlatih menulis. Mental penulis akan
terbentuk ketika kita terus melatih diri mempublikasikan tulisan kita untuk
dibaca oleh orang lain.
Pembahasan
selanjutnya yaitu naluri penulis. Menurut KBBI, na·lu·ri n 1 dorongan hati atau
nafsu yang dibawa sejak lahir; pembawaan alami yang tidak disadari mendorong
untuk berbuat sesuatu; insting; 2 Psi perbuatan atau reaksi yang sangat majemuk
dan tidak dipelajari yang dipakai untuk mempertahankan hidup, terdapat pada
semua jenis makhluk hidup;
Orang
yang memiliki naluri penulis, akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga
bisa menghasilkan karya berupa tulisan. Setiap ada kejadian di sekitarnya maka
hatinya akan tergerak untuk membuat tulisan. Itu adalah contoh sosok yang
memiliki naluri penulis.
Maka,
Kenali diri Anda dan lingkungan Anda, lalu buatlah tulisan. Maka karya karya
yang kita hasilkan akan mengasah naluri penulis dalam diri kita. Jangan patah
semangat, menulislah terus, maka tulisanmu akan menemui takdirnya. Demikian
kalimat penutup narasumber, yang membuat semangat menulis kembali berkobar
dalam diriku.
Tanggal Pertemuan : 23 April 2021
Resume ke : 7
Tema : Mental dan Naluri Penulis
Narasumber : Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr.
Gelombang : 18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar