Minggu, 28 Juni 2020

KELANGKAAN

KELANGKAAN DI MASA PANDEMI COVID-19

    Beberapa bulan terakhir, masyarakat dunia secara umum dan masyarakat Indonesia pada khususnya terdampak wabah virus Covid-19. Kondisi ini tentu berdampak bagi kegiatan masyarakat. Untuk mengurangi penyebaran virus tersebut, pemerintah menghimbau agar masyarakat menjaga jarak dan tetap di rumah. Kegiatan belajar yang biasanya diadakan di sekolah kini harus beralih ke rumah, begitupun juga dengan pekerja kantoran, pekerja bisnis maupun bidang lainnya, hampir semua dikerjakan dari rumah (Work from home).
    Seiring dengan kondisi tersebut, maka terjadilah kelangkaan pada kebutuhan dasar masyarakat di Indonesia karena panic buying. Dilansir dari CNBC Indonesia, anggota Dewan Penasihat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Tutum Rahanta mengatakan tiga periode panic buying itu, pertama pada 2 Maret 2020 saat kali pertama Presiden Jokowi mengumumkan dua kasus positif corona di Indonesia. Kedua, panic buying pada tanggal 14 Maret 2020, saat ada imbauan kerja di rumah dan diliburkannya kegiatan belajar selama dua pekan. Ketiga, pada 19 Maret, saat pengumuman kasus positif corona di Indonesia mencapai 308 kasus dan 25 orang meninggal. Peristiwa kelangkaan barang kebutuhan dasar ini bermula karena kekhawatiran orang-orang akan kehabisan kebutuhan barang dasar akibat dampak dari pandemi corona ini. Kekhawatiran itu sendirilah yang membuat kebutuhan dasar menjadi langka, sehingga banyak masyarakat yang melakukan panic buying. Masyarakat melakukan panic buying karena kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman mereka yang amat besar. Kebutuhan fisiologis yang dimaksudkan merupakan kebutuhan pokok dan kebutuhan akan rasa aman itu adalah barang-barang untuk mencegah persebaran virus corona, contohnya itu hand sanitizer, masker, dan disinfektan. Kebutuhan-kebutuhan yang berlebihan ini terjadi karena adanya informasi dari sumber-sumber yang tidak terpercaya serta masyarakat mendapatkan dan memahami informasi secara tidak menyeluruh atau tidak lengkap, kemudian munculah kekhawatiran. Itulah penyebab-penyebab yang mengakibatkan terjadinya panic buying yang marak saat ini.
        Kekhawatiran pemerintah serta berbagai pihak mengenai kelangkaan bahan pangan ternyata tidak memudahkan petani sebagai penyedia pangan untuk masyarakat. Petani, sebagai produsen makanan justru menjadi pihak paling terdampak dalam ancaman krisis ketahanan pangan, padahal petani merupakan profesi tunggal penyedia pangan yang seharusnya mampu tetap bertahan di tengah pandemi COVID-19. Ironisnya yang terjadi setiap hari adalah penurunan harga komoditas pangan hingga pada level yang sangat rendah di berbagai wilayah di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Anjloknya harga komoditas pertanian sangat merugikan petani di tengah pandemi, petani yang menjadi tumpuan harapan sebagai produsen penyedia pangan bagi kelangsungan hidup penduduk di tengah pandemi justru terancam mengalami kerugian yang berakibat pada ketidakmampuan membeli bibit dan memperbaharui tanaman mereka. Padahal, masyarakat tetap membeli dengan harga yang normal dan cenderung meningkat di berbagai pasar swalayan. Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperi Wibawaningsih menyatakan beberapa bahan baku melonjak diantaranya adalah kedelai, gula pasir, bawang putih, dan cabe merah sikitar 30-50% (wartaekonomi, 12 April2020).
    Sebagai sektor yang bertanggungjawab terhadap penyediaan pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan berbagai strategi dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan, khususnya dalam situasi pandemi Covid-19. Untuk meningkatkan produksi pangan dan menjaga agar petani tetap berproduksi, Kementan memberikan stimulus diantaranya relaksasi KUR sektor pertanian, dan mempercepat bantuan sarana dan prasarana pertanian. 
    Kementan juga memberikan bantuan subsidi pengangkutan pangan dari daerah surplus ke daerah minus, sehingga pasokan pangan dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Upaya Kementan dalam membantu pendistribusian ini bertujuan agar hasil panen petani dapat terserap pasar dengan harga yang wajar di tengah pandemi, sehingga petani tetap bersemangat menanam dan berproduksi. 




Sumber:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTINGAN UNGGULAN

MATERI 1

BENTUK-BENTUK MUKA BUMI Hampir sepanjang sejarah selama ratusan tahun kita telah mengetahui dan juga meyakini bahwa bentuk planet termasuk...